Kamis, 27 Maret 2014

Drama singkat dan sederhana: Akibat Eksploitasi


DI MANAKAH NURANIMU?

Adegan I
Narrator:  Di sebuah balai desa, penduduk sedang mendengarkan ceramah dari seorang pengusaha kaya yakni, Pak Billy, yang sedang menjelaskan visinya untuk membangun desa tersebut.
Pak Billy:   (Dengan gaya yang PD dan cara persuasi yang hebat) Saudara-saudara, proyek ini pasti berhasil. Saya tahu kita semua membutuhkan kehidupan yang lebih baik. Kita butuh uang yang banyak. Dan inilah caranya. Percayalah, kalau Bpk/Ibu menyerahkan tanah ini maka Bpk/Ibu tidak akan pernah menyesal. Pertama-tama, Bpk Ibu akan bisa mendapt uang yang besar untuk penjualan kayu-kayu hutan. Desa ini juga akan menjadi desa maju dengan mal-mal besar, gedung-gedung pencakar langit dan lapangan pekerjaan sudah tersedia bagi anak-cucu kalian. Tetapi, hanya satu pilihan untuk menyukseskan program ini. Serahkanlah tanah ini dengan sukarela. Setuju!!!??
Nampak warga manggut-manggut. Kemudian bubar.

Adegan II
Narrator: Esoknya di suatu petang, di pojok desa. Sebuah keluarga sederhana yakni Pak Sukir, Bu Sukir dan anak semata wayang mereka, Ina, masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. (sambil pemeran masuk masuk).
Bu Sukir:    (beres-beres) Ina! Ina! Tolong panggil Papamu. Makan malam sudah siap. (sambil membawa talam dengan ubi/nasi, piring, gelas, air dan sendok di atasnya).
Ina:             (melongok keluar memanggil papanya yang masih asyik bekerja. Dia teriak karena Papanya agak jauh) Iya, Ma! Papa! Makan malam sudah siap! (Ina membawa sebuah gayung berisi air untuk mencuci tangan Papanya).
Pak Sukir:   (mengakhiri pekerjaannya, membereskan alat-alatnya, dia berjalan menuju rumah sambil memanggul pacul. Lalu, dia mencuci tangannya yang telah disodorkan oleh Ina. Mereka kemudian makan bersama)

Terjadilah dialog di antara mereka.

Bu Sukir:    Bagaimana, Pak? Apakah kita akan menyerahkan tanah kita? Sepertinya perkataan pengusaha itu ada baiknya (sambil memasukkan makanan ke mulutnya).
Pak Sukir:   (menghela napas panjang dan dengan suara berat mengandung kemarahan) Itu sangat tidak mungkin, Ma. Saya tahu apa maksud mereka. Mereka ingin mengeruk keuntungan yang sebanyak-banyak bahkan hendak memeras kita. Desa ini akan jadi apa kelak tanpa hutan dan sawah yang dikaruniakan Tuhan. Dan mereka ingin menghancurkan itu. Anak-cucu kita akan menjadi budak perusahaan pengeruk keuntungan di tanah mereka sendiri.
Ina:             Jadi, Papa tidak akan menyerahkan tanah kita? (dengan cara bicara yang lugu)
Pak Sukir:   Tidak akan pernah, Nak.
Narrator: Malam semakin gelap. Setiap insan kembali ke peraduannya, tak terkecuali keluarga Pak Sukir. Tapi, kejadian malam itu, jauh lebih gelap dari segalanya.

Adegan III
Keluarga Pak Sukir nampak tertidur pulas.

Narrator     : Tiba-tiba...!!!

Muncullah warga desa yang sedang berlari sambil berteriak histeris, meraung-raung, dan berteriak, “Kebakaran!!! Kebakaran!!! Toloooooooooong!!!” Di sana nampak Pak Billy membantu warga, mengarahkan mereka untuk keluar dari desa tersebut. Pak Sukir dan Bu Sukir pun terbangun dan langsung berlari. Sedangkan Ina masih tertidur dan menjadi korban kebakaran malam itu.

Pembakar hutan 1: (mendatangi Pak Billy dengan ekspresi senang) Hahaha. Kami berhasil membakar hutan itu, Pak. Penduduk yang bodoh ini sudah meninggalkan desa ini dengan segala kekayaannya. Hahaha...
Pembakar hutan 2: Strategi Bapak sangat jitu. Bapak akan mendapatkan tanah ini dengan gratis.
Pak Billy:   Hahaha. Kalian akan mendapat bagian yang sepatutnya. Percayalah.

Tidak jauh dari situ, nampaklah warga yang dirundung kesedihan yang amat dalam karena kejadian itu. Bahkan, Ina pun menjadi korban dan meninggal. Keluarga dan penduduk bertangis-tangisan....

Narrator: Saudara-saudara, masih banyak orang di dunia ini yang menjadi budak harta. Mereka menutup mata dan mendiamkan nurani demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan jalan pintas. Mereka memboroskan dan ingin menghabiskan lebih banyak pada masa kini tanpa memikirkan generasi berikutnya. Mereka menunjukkan diri mereka sebagai orang lalim yang ingin merebut kebahagiaan orang dan senang ketika nyawa orang lain melayang. Kami berharap kita tidak demikian, Saudara-saudara. Dimanakah nuranimu!!!?? Dimanakah nuranimu!!!??

Pemeran
Narrator
Pak Billy
Pak Sukir
Ibu Sukir
Ina
Pembakar hutan
Pembakar hutan
Warga desa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar