Minggu, 23 Maret 2014

PERAN SUAMI ISTRI BERDASARKAN EKSPOSISI KEJADIAN 2:15-18

PENDAHULUAN
Apa indahnya hidup berumah tangga tanpa Tuhan? Mungkin terasa indah ketika mengejar harta, kedudukan, prestasi, bahkan kenikmatan pernikahan itu sendiri. Tetapi inilah kesia-siaan dan kehampaan. Pada masa kini banyak orang mengabaikan tugas dan tanggung jawab mereka di hadapan Allah. Rumah tangga yang selalu mencari dan melibatkan Tuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang langka kalau tak mau dibilang tidak ada. Ironisnya, kenyataan ini juga terdapat dalam rumah tangga orang-orang Kristen. Harus diakui bahwa dosa telah meresap masuk dan merusak manusia sehingga mereka lupa akan maksud Tuhan menciptakan mereka dalam peran masing-masing. Faktanya, banyak pasangan suami istri seringkali menjalani hubungan dengan mengabaikan atau bahkan buta akan peran mereka di hadapan Allah.
Menemukan kembali peran suami istri sesuai dengan maksud dan kehendak Tuhan menjadi sesuatu yang penting. Itu sebabnya penulis bergumul dan membahas pokok ini. Tiada tujuan lain selain agar pasangan suami istri mengetahui peran mereka masing-masing dan dapat menjalani hubungan sebagaimana yang dikehendaki Allah. Biarlah pasangan suami istri bisa menikmati hubungan itu di dalam Allah karena: “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan” (Pkh. 4:9-12).
      
      PERAN SUAMI ISTRI DALAM KELUARGA
Ketika Allah menciptakan pria dan wanita, Dia memiliki maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud Allah tersebut kemudian ditaruh dalam diri manusia menjadi peranan. Sehingga setiap pria dan wanita memiliki peran prinsipil sendiri-sendiri. Itu berarti, peran prinsipil pria dan wanita dalam hubungan suami istri adalah ketetapan Allah sendiri.
1.      Peran Suami
Tuhan Allah yang Mahabaik tahu yang terbaik bagi manusia. Maka Dia menempatkan manusia – Adam sendiri tanpa Hawa – dalam taman Eden. Taman Eden adalah sebuah taman yang sama dengan gambaran sorga. Di taman Eden, manusia berada di hadirat Allah dan dapat menikmati persekutuan dengan Tuhan. Keadaan ini menjadi kerinduan orang-orang percaya dan akan didapatkan kembali di sorga kelak. Sementara itu mereka masih bisa menikmatinya di bumi meskipun belum sempurna.
Di taman Eden, Allah menyampaikan maksud-Nya kepada Adam (pria) yang masih sendirian. Ayat 15 berbunyi: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Dalam bahasa Ibrani ayat ini berbunyi demikian:
: וּלְשָׁמְרָהּ לְעָבְדָהּ עֵדֶן-בְגַן וַיַּנִּחֵהוּ הָאָדָם-אֶת אֱלֹהִים יְהוָה וַיִּקַּח
And the LORD God took the man, and put him into the garden of Eden to dress it and to keep it.  
Dalam ayat ini, peran pria adalah “mengusahakan dan memelihara taman itu.” Namun terjemahan ini sebenarnya kurang tepat. The Expositor’s Bible Commentary mencatat bahwa:
… a more suitable translation of the Hebrew le’obdah ulesomrah would be “to worship and to obey” (Cassuto). Man is put  in the garden to worship God and to obey Him. Man’s life in the garden was to be characterized by worship and obedience; he was a priest, not merely a worker and keeper of the garden.[1]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran seorang suami di hadirat Allah yakni to worship and to obey God (beribadah dan menaati Allah). Pria, dalam hal ini suami adalah seorang imam dalam keluarga yakni membawa dirinya dan keluarga untuk terus memiliki persekutuan dengan Allah dalam ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
2.      Peran Istri
Hal yang menarik adalah perempuan diciptakan setelah penetapan peran pria. Peran istri terlihat dalam ayat 18 yang berbunyi demikian: “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Dalam bahasa Ibrani tertulis:
כְּנֶגְדּוֹ ,עֵזֶר לּוֹ –אֶעֱשֶׂה ;לְבַדּוֹ הָאָדָם הֱיוֹת טוֹב-לֹא ,אֱלֹהִים יְהוָה וַיֹּאמֶר יח
And the LORD God said: ‘It is not good that the man should be alone; I will make him a help meet for him.
Rupanya, Allah yang baik mengetahui apa yang baik buat seorang pria. Secara tidak langsung dapat diduga bahwa pria itu lemah dalam melaksanakan perannya sebagai imam. Oleh karena itu, Tuhan menyediakan penolong baginya untuk melaksanakan perannya. Itu berarti, perempuan diciptakan oleh Allah dengan peran menolong suaminya untuk terus bersekutu dengan Allah dalam ibadah dan ketaatan di hadirat Allah. The Expositor’s Bible Commentary juga mencatat:
The expression כְּנֶגְדּוֹ ,עֵזֶר (ezer kenegdo) has the general sense of “a suitable helper.” The specific sense of these terms should be drawn from the immediate context. That the woman (wife) is a “helper” (‘ezer) is to be understood from the “commission” given to man in both 1:28 (“Be fruitful and increase in number”) and 2:15 (“for worship and obedience”; …). The implication of the narrative is that in both of these areas of life, the family and worship, man stands in need of the woman’s help. It is not good that he should be alone.
      
      PENUTUP
Allah menciptakan pria di hadirat-Nya agar bisa bersekutu dalam ibadah dan menaati-Nya. Lalu, Allah menciptakan wanita disamping pria untuk menjadi penolong baginya dalam melaksanakan peran itu. Inilah peran wanita. Kendati dosa telah merusak peran ini namun penebusan Kristus menjadi panggilan agar kembali melaksanakan peran yang sudah dicanangkan Allah tersebut. Inilah peran suami-istri di hadapan hadirat Tuhan yakni mereka harus bahu-membahu untuk melayani Allah, beribadah dan menaati-Nya senantiasa. Hanya dengan kembali pada peran ini, rumah tangga mengalami kepenuhan di dalam berkat-berkat Allah.

Thanks for reading. God bless all. Niat Sabda Seprianus Zega/STT SALEM 





Daftar Pustaka
Gaebelein, Frank E. The Expositor’s Bible Commentary vol. 2. Michigan: The Zondervan Corporation. 1990
Harris, Robert Laird, etc. Theological Wordbook of the Old Testament. Chicago: Moody Press. 1980
Owens, John Joseph. Analytical Key to the Old Testament. Grand Rapids: Baker Books. 1994



[1]Frank E. Gaebelein, The Expositor’s Bible Commentary vol. 2, (Michigan: The Zondervan Corporation, 1990), 45
[2]Ibid. 48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar