Teologi yang lalu lalang dari zaman ke zaman secara sederhana sebenarnya
adalah pergolakan antara Teisme, Demonisme dan Humanisme. Teisme adalah paham
tentang Allah, Demonisme adalah paham tentang Iblis yang biasanya menyusup
secara tidak kelihatan dan Humanisme adalah paham tentang manusia.
Teisme sebagai teologi yang berada di garis utama dan tetap, mengakui
Allah yang benar, Allah yang sejati, yang menciptakan langit dan bumi dan
segala isinya, terus bekerja dalam providensi-Nya di dalam dunia. Allah yang
dimaksud dikenal di dalam diri Anak-Nya Yesus Kristus, yang mengambil rupa
manusia dan telah menyelamatkan manusia dari dosa melalui kematian dan
kebangkitan-Nya yang memberi jaminan keselamatan kepada orang yang percaya
kepada-Nya. Ketika Dia naik ke sorga, Dia menjanjikan Penghibur dan Penolong
orang percaya yang akan memeteraikan mereka umat kepunyaan-Nya.
Teisme di atas dapat disebut sebagai Teisme yang sejati. Itu berarti
keberadaan Teisme yang sejati diiringi atau kadang diganggu oleh Teisme yang
palsu. Teisme yang palsu adalah Teisme yang seolah-olah meninggikan allah yang
sesungguhnya bukan Allah, lahir dari kebodohan manusia untuk mencari Allah dan
merupakan bukti di mana wahyu umum tidak bisa memberi jawab yang memuaskan
akibat kejatuhan manusia dalam dosa. Hal ini kelihatan dalam agama-agama dunia
tradisional. Teisme yang demikian sejatinya bukan Teisme melainkan Demonisme.
Sebab segala paham yang tidak memuliakan Allah pasti berasal dari si Setan. Maka
Teisme palsu ini pun ditunggangi olehnya meskipun tidak kelihatan sebagai
pemeran utama.
Sedangkan Humanisme adalah segala daya upaya manusia untuk meninggikan
diri dengan cara menyingkirkan Allah secara sengaja dan mengambil posisi Allah.
Manusia ingin mandiri dan menjadi pengambil keputusan hidupnya dalam usahanya
untuk memuaskan dirinya dengan kesenangan. Perdebatan teologi terjadi hanya
karena Humanisme mengobok-obok Teisme yang sejati. Humanisme memakai sumber-sumber
dari luar – dari luar Teisme - untuk
menyerang atau kalau dirasa Teisme teramat kuat maka mereka hanya berusaha
membelokkan atau mengaburkan paham-paham tentang Allah tersebut. Sebut saja di
antara Teologi Humanistik yakni Teori Evolusi, Ateis, Kritik Tinggi terhadap
Alkitab yang telah memunculkan banyak teologi yang aneh-aneh, Arminianisme,
Teologi Sukses, dan segudang nama-nama lainnya yang pada intinya menggugat
kedaulatan dan posisi Allah lalu ingin menonjolkan eksitensi dan aktualisasi
diri manusia. Namun, sadar atau tidak sadar teologi ini juga sama dengan
Demonisme. Setan telah menyamar dan menyusupkan pengaruhnya untuk menarik
manusia kepadanya dan menjauhkannya dari Allah. Sekali lagi Humanisme dengan
Teologi Humanistiknya ditunggangi oleh Setan meskipun tidak kelihatan sebagai
pemeran utama.
Teisme
yang sejati telah dikenal di Taman Firdaus oleh Adam dan Hawa, tetapi menjadi
kabur oleh karena kejatuhan manusia dalam dosa. Namun Allah telah menyatakan
diri-Nya melalui hamba-hamba-Nya, mulai dari Nuh, Bapa-bapa leluhur Israel,
Nabi Musa, dan nabi-nabi lain-Nya yang mencapai puncak-Nya di dalam diri Yesus
Kristus. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang
ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia" (Yoh. 14:7). Itulah yang terus dipegang dan diberitakan
oleh umat yang percaya hingga kini. Sedangkan Teisme yang palsu juga telah ada
di tengah-tengah dunia karena kejatuhan manusia dalam dosa. Dia nyata dalam
ribuan agama-agama dunia yang menyembah allah yang bukan Allah. Sedangkan
Humanisme dimulai sejak manusia jatuh dalam dosa. Sejak itu manusia dengan
segala kecenderungannya memberontak kepada Allah dan mau menyingkirkan Allah.
Humanisme pun telah berhasil menyatakan diri dalam satu zaman kronologi waktu
manusia dan memakai jubah rasionalisme dan mencapai klimaks di dalam
postmodernisme. Lalu dimanakah Demonisme?
Demonisme adalah segala daya upaya Iblis untuk meninggikan
diri dan mengambil posisi Allah secara langsung. Hal ini telah menyebabkan dia
menjadi yang terkutuk dan ditetapkan dalam siksaan yang kekal. Namun sebelum
itu dia masih memiliki kesempatan untuk berkeliaran. Dia mempergunakan
kesempatan itu untuk menyesatkan bangsa-bangsa dan membawa mereka kepadanya.
Pekerjaan itu telah dia mulai dalam taman Firdaus dan akan terus dilakukannya
sampai akhir zaman. Ambisinya adalah menjauhkan manusia dari Allah dan
menjadikan mereka sebagai pengikutnya sekalipun di dalam neraka yang kekal.
Namun, seperti uraian terdahulu dia seringkali bekerja di balik layar dan
tersembunyi. Sama seperti dia bekerja di taman Firdaus demikian pula dia
bekerja secara samar dalam menyesatkan manusia. Dia berada di belakang layar
Teisme palsu dan Humanisme dengan Teologi humanistik itu. Apakah dia akan terus
bekerja dengan cara tersembunyi seperti itu?
Sesuatu yang menggemparkan dunia sebenarnya sedang terjadi.
Lihatlah fenomena dunia yang sedang terjadi. Hal-hal yang berkaitan dengan
simbol-simbol dan sesuatu yang menggambarkan setan dulu sangat ditakuti atau
malah dijauhi. Sekarang hal ini malah mengundang peminat yang sangat banyak.
Misalnya zombie dikenal sebagai mayat hidup yang digambarkan dengan pakaian dan
tubuh yang seram dan menjijikkan. Namun, gaya ala zombie malah mendapat tempat
di hati masyarakat dunia. Dibentuklah geng atau kelompok pecinta zombie. Malah
ada yang menikah dengan tema acara zombie. Hal yang sama terlihat dalam film
Twiliht Saga, kisah romantis antar vampir yang mempunyai ribuan penggemar di
seluruh dunia khususnya anak remaja. Film animasi atau kartun dengan
tokoh-tokoh yang bermata satu yang sebenarnya merupakan simbol satanik
kadangkala digambarkan sebagai super hero. Bahkan televisi tidak segan-segan
menghadirkan tayangan ramalan nasib manusia. Perhelatan piala dunia tidak luput
dari berita tentang ramalan tersebut. Belum lagi film horor dan komedi horor,
sulap, hipnotis, yoga, bahkan mistik dan perdukunan kembali mendapat tempat di
hati masyarakat dunia. Intinya, setan digambarkan sebagai tokoh yang baik,
bahkan bisa diagungkan karena kehebatannya, dan bisa mengambil tempat dalam
keberadaan manusia. Manusia digiring untuk berharap dan mencari jawaban kepada
setan. Dengan demikian pengagungan terhadap setan telah mulai dilakukan secara
terang-terangan. Demonisme yang biasa bekerja di belakang layar sekarang secara
terang-terangan mengaktualisasikan dirinya di dalam dunia. Bisa ditebak bahwa
keadaan ini mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia termasuk bidang
teologi. Teologi Demonisme yang mengagungkan setan akan segera muncul entah
dengan memakai sampul apa. Gereja Setan telah memulainya. Apa yang akan muncul
kemudian? Biarlah waktu yang menjawabnya.
Sekarang, yang sangat penting untuk dijawab adalah apa yang
dilakukan oleh orang percaya terhadap segala fenomena ini? Seharusnya, orang percaya harus semakin ekstra
berhati-hati terhadap segala produk zaman ini. Kadangkala bingkainya yang
terlihat begitu indah dan menawan padahal isinya adalah segala kejahatan dan
membawa manusia untuk berpaling kepada setan. Strategi Iblis waktu menggoda
manusia yakni membuat manusia meragukan Allah dan firman-Nya telah terbukti
sebagai alat yang ampuh untuk menjatuhkan manusia dari zaman ke zaman. Hal
inilah yang akan terus dipakaiNya. Jangan sampai anak-anak Tuhan tidak sadar
sedang mengagungkan setan. Oleh karena itu, orang percaya juga harus belajar firman
Allah dengan benar dan juga mengikuti berita pekembangan dunia dengan siaga.
Semua ini banyak manfaatnya. Selain membuat orang percaya bisa mengenal Allah
dengan benar, firman Allah juga satu-satunya senjata ampuh yang diberikan Allah
untuk melawan kuasa kegelapan dan penyesatan. Firman Allah membuat orang
percaya peka dengan zamannya, sedangkan berita tentang perkembangan dunia
membuat orang percaya bisa menjawab dan bertindak dengan tepat. Keadaan zaman
ini juga seharusnya membuat anak-anak Tuhan semakin bersandar kepada Tuhan. Ini
sudah zaman akhir. Intensitas penyesatan, godaan dan penderitaan anak-anak
Tuhan bukan semakin berkurang, melainkan semakin memuncak. Anak-anak Tuhan
harus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sambil menjaga diri sendiri agar tidak
jatuh, anak-anak Tuhan juga harus saling mengingatkan. Lebih dari itu semua
orang percaya masih terus diberi kesempatan untuk memberitakan Injil Kerajaan
Allah di tengah dunia, sekalipun ada penyesatan. Orang percaya harus tetap
bersaksi bagi Tuhan.
Murni perenungan pribadi dalam UAS
T. Kontemporer/
IV/VII/12 Desember 2013/STT SALEM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar